Minggu, 28 April 2013

Kesehatan Mental 2


A. Teori psikoanalisa
·         Carl Gustav Jung ( psikologi Analitik)
Carl Jung adalah tokoh psikoanalisa lainnya selain freud. Dia dilahirkan di kota Kesswil (Swiss), pada tanggal 26 Jul1875 dia anak kedua dari 3 bersaudara. Selama bersekeolah jung secara bertahap menyadari adanya dua aspek yang terpisah dari dirinya. Ia menyebut kedua aspek ini sebagai  kepribadian No. 1 dan No. 2.  Pada tahun 1906 jung dan freud mulai berkorespodensi, dia mempunyai gelar Ketua International Psychoanalysis Association (1911) . Jung dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaannya terletak pada pandangan tentang ketidaksadaran. Walaupun jung dan freud sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia, tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras.
Teori psikologi Analitik
                      I.        Tingkatan psyche/ kepribadian
Sama seperti Freud, jung juga mendasarkan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran atau psyche, mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran.
ü  Kesadaran ( Ego )
Menurut Jung, bayangan mengenai kesadaran merupakan hal yang dapat di rasakan oleh ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya dengan ego . jung melihat ego berpusat dari kesadaran tetapi bukan merupakan inti dari kesadaran itu sendiri. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi,ingatan-ingatan,pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang,dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran. Menurut jung individu yang sehat adalah individu yang dapat berhubungan dengan dunia kesadarannya dan dapat mengalami ketidaksadaran diri kemudian mencapai individuasi.
ü  Ketidaksadaran Personal
Merangkum seluruh pengalaman yang terlupakan, ditekan atau di persepsikan secara subliminal pada seseorang. Ketidaksadran personal adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidaksadaran personal terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesadaran pada sang pribadi.
- Materi ketidaksadaran personal ini di sebut “Kompleks” Kompleks adalah kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik atau “mengkonstelasikan” berbagai pengalaman kearahnya.
ü  Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang,masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi. Semua manusia kurang lebih memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan stuktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini sendiri disebabkan oleh evolusi umum.
ü  Arketipe
bayangan-bayangan leuhur atau yang datang dari ketidak sadaran kolektif. Arketipe sama dengan kompleks karena mereka merupakan kumpulan bayangan-bayangan yang di asosiasikan dan di warnai sangat kuat oleh perasaan. Bisa juga disebut suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran atau visi-visi yang dalam kehidupan sadar normal berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi. Hal yang menjadi catatan penting dari konsep yang di ajukan jung adalah Persona, Shadow, Anima, Animus, Great mother, Wise old man, Hero dan Self.
Persona = topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta terhadap kebutuhan-kebutuhan arkhetipal sendiri(Jung,1945). Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan sering kali, meski tidak selalu, ia menyembunyikan hakikat sang pribadi yang sebenarnya.
Shadow = arketipe dari kegelepan dan resepsi yang menampilkan kualitas-kualitas yang tidak kita akui keberadaanya serta, berusaha disembunyikan dari diri sendiri dan orang lain.
Anima = Elemen feminin pada pria, untuk menguasai anima, seorang pria harus melampaui batasan intelektualnya, jauh ke bagian terdalam ketidaksadarannya dan menyadari sisi feminim dari kepribadiannya
Animus = Elemen maskulin pada wanita, animus mampu mempengaruhi proses berfikir seorang wanita, yang sebenarnya tidak dimiliki oleh seorang wanita, hal itu sebenarnya terjadi dari ketidaksadaran kolektif yang bermula dari cerita hubungan prasejarah pria dan wanita.
 Great mother = menampilkan dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan vs mengabaikan dan menghancurkan. Arketipe ini mampu untuk menghasilkan dan memperthankan sebuah kehidupan ( kesuburan dan pengasuhan ), namun ia juga bisa mengambil dan mengabaikan anak-anaknya (penghancuran). Perlu di ingat Jung melihat ibunya sebagai orang yang mempunyai dua kepribadian yaitu, penuh cinta dan menakutkan, konservatif, kejam.
Wise old man = Arketipe dari kebijaksanaan dan keberanian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan.
Hero (Pahlawan) = Arketipe pahlawan direpresentasikan sebagai sosok yg kuat bahkan merupakan bagian dari Tuhan, melawan kejahatan
Self (Diri) = Arketipe paling komprehensif, disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhan dan kelengkapan. Ia mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada kepribadian.
                    II.        Dinamika kepribadian
ü  Kausalitas dan Teleologi
Kausalitas menyatakan bahwa masa kini menyajikan kondisi pada saat ini dan adalam pengalaman yang asli. Teleologi menyatakan bahwa kejadian masa kini di motivasi oleh tujuan dan aspirasi akan masa depan yang secara langsung menentukan nasib seseorang. Jung mengatakan perilaku manusia di bentuk oleh kedua faktor kekuatan Kausalitas dan Teleologi harus seimbang.
ü  Progresi dan Regresi
Progresi adalah adaptasi kepada dunia luar.Manusia bereaksi secara konsisten terhadap kondisi lingkungan tertentu. 
Regresi adalah adaptasi ke dalam. Langkah mundur yang diperlukan dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan. Perkembangan dapat mengikuti gerak maju, progesif, atau gerak mundur, regresif. Progresi oleh Jung dimaksudkan bahwa ego sadar menyesuaikan diri sendiri secara memuaskan baik terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan luar maupun terhadap kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progesi yang normal, daya-daya yang berlawanan dipersatukan dalam suatu arus proses psikis yang terkoordinasi dan harmonis.
                   III.        Tipe Psikologis
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian yakni introversi dan ekstraversi, serta empat fungsi yakni thinking, feeling, sensing, intuition.
ü  Sikap
Introversi = Aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif. Introver memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi, yang bersifat individu.
Ekstraversi = Aliran energi psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif.
ü  Empat Fungsi
Sensing (fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual)
Thinking (aktivitas intelektual logika yang dapat memproduksi serangkaian ide)
Feeling (proses evaluasi sebuah ide atau kejadian)
Intuiting (persepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran)






                  IV.        Perkembangan Kepribadian
ü  Tahap perkembangan
Masa kanak-kanak jung membedakan menjadi tiga bagian
                                                      i.        Anarkis
Kesadaran yang kacau dan sporadis, pada fase ini terkadang masuk ke sadaran sebagai gambaran yang primitif yang tidak mampu di gambarkan secara akurat.
                                                    ii.        Monarkis
Perkembangan ego dan mulainya masa berpikir secara logis dan verbal. Anak-anak akan melihat dirinya sendiri secara objektif dan kerap mendeskripsikan mereka sebagai orang ketiga.
                                                   iii.        Dualistis
Ego terbagi menjadi subjektif dan objektif, anak-anak menyadari dirinya sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
ü  Masa Muda
Masa muda seharusnya menjadi periode ketika aktivitas meningkat, mencapai kematangan seksual, menumbuhkan kesadaran dan pengenalan bahwa dunia dimana tidak ada masalah , seperti pada waktu anak-anak sudah tidak ada lagi. Kesulitan utama pada anak muda adalah bagai mana mereka bisa mengatasi kecenderungan alami (masa pertengahan dan usia lanjut) untuk menyadari perbedaan yang teramat tipis antara masa muda dan kanak-kanak yaitu dengan menghindari masalah yang relavan pada masanya.
ü  Masa pertengahan (paruh baya)
Jung percaya bahwa masa pertengahan atau paruh baya berawal di usia 35-40 tahun, pada saat matahari telah melewati tengah hari dan mulai berjalan menuju terbenam. Walaupun penurunan ini dapat menyebabkan sejumlah orang di usia ini meningkat kecemasannya tetapi fase ini merupakan sebuah fase yang potensial.
ü  Masa Tua
Pada masa ini orang akan mengalami penurunan kesadaran, seperti pada saat matahari berkurang sinarnya di waktu senja. Jika orang merasa ketakutan dengan kehidupan di fase sebelumnya, maka hampir bisa di pastikan mereka akan takut dengan kematian pada fase hidup berikutnya. Takut akan kematian sering di sebut sebagai proses yang normal, tetapi jung percaya bahwa kematian adalah tujuan dari kehidupan dan hidup hanya bisa terpenuhi saat kematian terlihat.
ü  Realisasi Diri
Realisasi diri adalah suatu hal yang amat langka dan bisa di capai hanya oleh mereka yang telah dengan baik mengasimilasi kesadaran mereka dengan keseluruhan kepribadian mereka.orang yang telah melewati proses ini telah bisa meminimalkan persona mereka, mengenali anima, dan animusnya serta mencapai keseimbangan antara introversi dan ekstraversi.

B. Teori Behaviorisme
·         Albert Bandura
Albert Bandura di lahirkan pada 4 Desember 1925, di Mundare, suatu kota kecil Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Dia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah yang sederhana, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja pada perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon. Dia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
a.    Pembelajaran Melalui Observasi
bandura yakin bahwa observasi memberikan jalan pada manusia untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku apapun. Bandura yakin bahwa pembelajaran melaului observasi lebih efisien daripada belajar melalui pengalaman langsung. Dengan mengobservasi orang lain, manusia tidak perlu mengalami berbagai respons yang dapat berakibat pada hukuman atau tanpa menghasilkan penguatan sekali.

b.    Modeling
Pembelajaran modelingng meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang di observasi dan mengeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Modeling meliputi proses kognitif dan bukan sekedar melakukan imitasi, modeling lebih dari sekedar mencocokan perilaku dari orang lain, melainkan mempresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk di gunakan.
c.    Proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi
Bandura menemukan 4 proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi yaitu:
Perhatian, Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
Representasi, sebuah observasi dapat mengarahkan pada pola respons yang baru, pola tersebut harus dapat di persentasikan secara simbolis di dalam ingatan. Representasi tidak perlu dalam berbentuk verbal karena dalam bentuk gambaran dan dapat di munculkan tanpa adanya model secara fisik. Proses ini penting terutama dalam tahapan bayi saat kemampuan verbal belum berkembang.
Produksi Perilaku, Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
Motivasi, Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
d.    Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif memberikan jalan bagi manusia untuk mendapatkan pola baru dari perilaku kompleks melalui pengalaman langsung. Dengan memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi dari tingkah laku mereka.
Agen Manusia
Adalah Esensi dari kemanusiaan. Manusia mempunyai kapasitas untuk melakukan control atas hidup mereka
·         Aspek – aspek inti Agen manusia :
                    i.        Intensionalitas
Suatu intensi meliputi adanya perencanaan, tetapi juga meliputi tindakan.
              ii.            Visi
Manusia juga mempunyai visi untuk dapat menetukan tujuan, mengatisipasi kemungkinan hasil dari tindakan mereka dan memilih perilaku yang akan menghasilkan pencapaian yang di inginkan dan menghindari yang tak di inginkan.
               iii.          Reaktivitas Diri
Manusia juga dapat mempunyai kapasitas untuk reaktivitas diri dalam proses memotivasi dan meregulasi tindakan mereka sendiri.
             iv.            Refleksi Diri
Mereka dapat memikirkan serta mengevaluasi motivasi, nilai dan arti dari tujuan hidup mereka, serta dapat memikirkan kapabilitas dari pemikiran mereka sendiri.


·         Efikasi Diri
Menurut Bandura efikasi sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk control terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi efikasi diri :
Pengalaman Menguasai Sesuatu,  performa masa lalu, secara umum performa yang berhasil akan meningkatkan ekspetasi mengenai kemampuan kegagalan cenderung akan menurunkan hal tersebut.
Modeling Sosial, secara umum dampaknya tidak sekuat dampak yang di berikan oleh performa pribadi dalam meningkatkan level efikasi diri.
Persuasi Sosial, secara umum dampaknya persuasi dari orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan efikasi diri.
Kondisi Fisik dan Emosional, emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa saat seseorang mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stress yang tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekpektasi efikasi yang rendah
·         Regulasi Diri
Bandura yakin bahwa manusia  menggunakan strategi proaktif maupun reaktif untuk melakukan regulasi diri
ü   Faktor – faktor eksternal regulasi diri
1)            Memberikan kita suatu standar untuk mengevaluasi perilaku kita
2)    Mempengaruhi regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan.
ü   Faktor – faktor Internal Regulasi Diri
1)    Observasi diri, harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang kita berikan padanya belum tentu tuntas ataupun akurat.
2)    Proses penilaian, membantu kita meregulasi perilaku kita melalui proses mediasi kognitif
3)    Reaksi Diri, manusia berespon secara positif dan negative terhadap perilaku mereka bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar personal mereka
·         Perilaku Disfungsi
Mengasumsikan bahwa perilaku dipelajari sebagai hasil interaksi mutu antara manusia, lingkungan, faktor perilaku. Konsep Bandura  atas perilaku disfungsi lebih banyak membahas mengenai reaksi depresif, fobia, dan perilaku agresif.
ü  Depresi
Kegaggalan sering berakibat terhadap depresi dan orang-orang depresi sering menurunkan nilai pencapaian mereka sendiri, hasilnya kesedihan kronis.
ü  Fobia
Ketakutan yang cukup kuat dan cukup bertahan untuk mempunyai efek yang cukup parah dan melumpuhkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang.
ü  Agresi
Perilaku agresi di dapatkan melalui observasi dari orang lain pengalaman langsung dengan penguatan negative dan positif
·         Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
·         Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

C.   TEORI HUMANISTIK
·         Abraham Maslow
abraham maslow adalah seorang psikolog terkenal yang teman bekerja pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan Hierarchy-nya ‘Kebutuhan.
Abraham Harold Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai kunci untuk anak-anak mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua anak-anak mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat keras karena ia diakui sebagai seorang intelektual di usia muda.
Psikologi humanistic mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut psikologi humanistic manusia adalah mahluk kreatif, yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilahannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Menurut dalam bukunya “motivation and personality” manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berkhirarti, meliputi:
1)    Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
2)    Kebutuhan-kebutuhan aman (the safety needs)
3)    Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
4)    Kebutuhan akan penghargaan (the self-asteem needs)
5)    Kebutuhan akan aktualisasi diri ( the self-actualization needs).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut di katakana berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut di penuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi.
Menuirut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan.
Ada empat ciri psikologi yang beroriebtasi humanistic, yaitu:
a)    Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia
b)    Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas aktualisasi diri, sebagai lawan, pandangan tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c)    Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan di pelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d)    Memberikan perhatian penuh dan meletakan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensiyang inheren pada setiap individu.








Daftar Pustaka
Feist ,Jess & Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian (bagian 1).  Jakarta : Salemba Humanika.
Feist, Jess & Georgy J.Feist . 2012. Teori Kepribadian (bagian 2).  Jakarta : Salemba Humanika.
Basuki ,Heru A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.